
Tantrum merupakan bagian alami dari perkembangan emosi anak, terutama pada usia balita. Ledakan emosi seperti menangis, menjerit, melempar barang, hingga berguling di lantai sering kali menjadi cara anak mengekspresikan frustrasi saat mereka belum mampu mengelola perasaan atau mengungkapkan keinginan dengan kata-kata. Namun, sebagai orang tua atau pengasuh, penting untuk mengetahui batas wajar tantrum pada anak—kapan itu dianggap normal dan kapan menjadi sinyal untuk mencari bantuan profesional.
Apa Itu Tantrum?
Tantrum atau temper tantrum adalah bentuk perilaku emosional yang meledak-ledak. Ini bisa mencakup tangisan keras, teriakan, agresi fisik (seperti memukul atau menendang), dan perilaku menentang. Tantrum paling umum terjadi pada anak usia 1 hingga 4 tahun. Pada usia ini, anak mulai mengembangkan keinginan kuat untuk mandiri, tetapi belum memiliki kemampuan verbal atau pengendalian diri yang matang.
Batas Wajar Tantrum: Kapan Masih Normal?
Tantrum bisa dianggap wajar jika:
- Usia anak antara 1–4 tahun. Tantrum merupakan bagian dari proses belajar mengelola emosi.
- Terjadi sesekali. Anak mungkin mengalami tantrum 1–2 kali sehari, terutama saat lelah, lapar, atau frustrasi.
- Berlangsung singkat. Durasi tantrum biasanya antara 2 hingga 15 menit.
- Muncul dalam konteks tertentu. Misalnya saat anak tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan atau merasa dikekang.
- Tidak menyakiti diri sendiri atau orang lain. Anak mungkin marah, tapi tidak berperilaku berbahaya.
Tantrum juga bisa menjadi kesempatan untuk anak belajar tentang batasan dan strategi coping jika ditangani dengan pendekatan yang tepat, seperti ketenangan, konsistensi, dan kasih sayang.
Tanda-Tanda Tantrum Sudah Tidak Wajar
Meskipun tantrum adalah bagian normal dari pertumbuhan, ada tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa tantrum anak mungkin memerlukan perhatian lebih lanjut:
Baca : Wargi Jabar Kudu Nonton! Kupas Tuntas Potensi Ekonomi Daerah Rebana Di Sini!
- Tantrum masih sering terjadi setelah usia 5 tahun. Anak-anak umumnya mulai mampu mengatur emosi lebih baik seiring pertambahan usia.
- Tantrum berlangsung sangat lama (lebih dari 30 menit).
- Frekuensi meningkat atau terjadi hampir setiap hari.
- Anak menyakiti dirinya sendiri atau orang lain saat tantrum.
- Anak menghancurkan benda secara ekstrem.
- Kesulitan menenangkan diri bahkan setelah mendapatkan perhatian.
- Tantrum muncul tanpa pemicu yang jelas.
- Tantrum berdampak pada interaksi sosial, sekolah, atau lingkungan rumah.
Jika orang tua merasa kelelahan, kewalahan, atau bingung menangani tantrum anak, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan psikolog anak. Intervensi dini dapat membantu mencegah gangguan perilaku lebih lanjut dan meningkatkan kualitas hubungan orang tua dan anak.
Cara Mengelola Tantrum dengan Bijak
Beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk mengelola tantrum anak secara sehat meliputi:
- Tetap tenang. Reaksi emosional orang tua dapat memperburuk situasi.
- Berikan ruang. Jika anak tidak membahayakan dirinya, beri waktu untuk menenangkan diri.
- Konsisten dengan aturan. Jangan menyerah hanya untuk menghentikan tantrum.
- Tawarkan pilihan. Memberi anak dua opsi bisa memberinya rasa kendali.
- Ajarkan ekspresi emosi yang tepat. Bantu anak mengenal nama-nama emosi dan bagaimana mengatasinya.
- Puji perilaku positif. Anak perlu tahu bahwa ekspresi emosi yang sehat mendapat apresiasi.
- Cegah tantrum dengan mengenali pemicu. Pastikan anak cukup tidur, makan teratur, dan mendapat waktu bermain.
Kesimpulan
Tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak, terutama saat usia balita. Namun, penting bagi orang tua untuk mengenali batas wajar tantrum dan membedakannya dari tanda-tanda masalah perilaku. Dengan pendekatan yang tenang dan penuh pengertian, tantrum bisa menjadi sarana pembelajaran emosional bagi anak, bukan sekadar gangguan dalam keseharian. Jika tantrum berlangsung terlalu sering atau mengganggu fungsi sosial anak, tidak ada salahnya mencari bantuan profesional untuk penanganan lebih lanjut.
Bаndung – Tantrum pada anak ialah hal biasa, namun perlu diwaspadai jika berlebihan. Pelajari lebih lanjut perihal imbas dan penanganannya di sini.